Tuesday, July 20, 2010

Yngwie Malmsteen

"Pahlawan dan pelopor gitaris
shredder sedunia dari Swedia"
Yngwie Malmsteen merupakan pelopor yang melahirkan seluruh
gitaris shredder. Setelah Eddie
Van Halen (Van Halen) pertama kali membawakan tembang
"Eruption" pada tahun 1978 yang memperkenalkan teknik "two
handed tapping", Yngwie meluncurkan album klasik baroque
shred debutnya "Rising Force" yang mengegerkan komunitas gitar
rock, menciptakan standar baru untuk kecepatan & keahlian dalam
bermain. Warna "Neo-Classical" yang di bawahkan Yngwie adalah
berdasarkan struktur komposisi dari J.S Bach (1685-1750) dan
Niccolo Paganini (1782-1840).
Setelah itu muncul para gitaris shredder yang menghasilkan sekian
banyak album yang sukses. Hampir setiap minggu muncul gitaris
baru yang mengklaim dirinya sebagai gitaris baru yang paling
cepat di dunia. Sebagai contoh: Paul Gilbert, Marty Friedman, Jason
Becker, Richie Kotzen, Vinnie Moore, Tony Macalpine, Greg Howe,
dll. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Yngwie merupakan pahlawan
gitar yang patut diacungi jempol.
Pernikahan ayah Yngwie (seorang kapten tentara) dan ibunya
(Rigmor - seniman) diakhiri dengan penceraian tidak lama setelah
Yngwie lahir. Di samping itu Yngwie juga memiliki seorang kakak
perempuan bernama Ann Louise dan kakak lelaki Bjorn. Yngwie
terlahir sebagai anak bungsu yang liar, tidak bisa diatur dan ceria.
Pada awalnya Yngwie mencoba untuk mempelajari piano dan
trumpet tetapi ia tidak dapat menguasai alat musik tersebut.
Acoustic guitar (gitar bolong) yang dibeli oleh ibunya pada waktu
dia berusia 5 tahun juga tidak disentuh Yngwie dan dibiarkan
bergelantung di dinding.
Sampai akhirnya pada tgl 18 September 1970, Yngwie melihat
sebuah acara spesial mengenai meninggalnya Jimi Hendrix. Di situ
Yngwie yang masih 17 tahun tsb menyaksikan bagaimana Jimi
Hendrix menghasilkan bunyi feedback guitar dan membakar
gitarnya di depan penonton. Pada hari wafatnya Jimi Hendrix tsb
lahirlah permainan gitar Yngwie.
Yngwie yang penasaran tersebut kemudian membeli sebuah
Fender Stratocaster murah, mencoba memainkan tembangnya
Deep Purple dan menghabiskan banyak waktu untuk mengetahui
rahasia dari alat instrumen dan musiknya sendiri. Kekaguman
Yngwie terhadap Ritchie Blackmore (gitaris Deep Purple) yang
dipengaruhi oleh musik klasik dan kekaguman terhadap kakak
perempuannya yang sering memainkan komposisi Bach, Vivaldi,
Beethoven, dan Mozart, memberikan ide kepada Yngwie untuk
menggabungkan musik klasik tersebut dengan musik rock.
Yngwie terus bermain seharian penuh sampai tidurpun dia masih
tetap bersama gitarnya.
Pada usia 10 tahun, Yngwie menggunakan nama kecil dari ibunya
"Malmsteen", mengfokuskan seluruh energi dia dan berhenti
bersekolah. Di sekolah Yngwie dikenal sebagai pembuat onar dan
sering berantem, tetapi pintar dalam pelajaran bahasa Inggris dan
seni. Ibunya yang menyadari bakat musiknya yang unik,
mengizinkan Yngwie tinggal di rumah dengan rekaman dan
gitarnya. Setelah menyaksikan violinis Gideon Kremer
membawakan komposisi Paganini: 24 Caprices di televisi, Yngwie
akhirnya mengetahui bagaimana cara mengawinkan musik klasik
dengan skill permainan dan karismanya.
Yngwie dan beberapa temannya merekam 3 lagu demo dan
dikirim ke studio rekaman CBS Swedia, tetapi rekaman tersebut
tidak pernah digubris atau diedarkan. Oleh karena frustasinya,
Yngwie menyadari bahwa dia harus meninggalkan Swedia dan
mulai mengirimkan demo rekaman dia ke berbagai studio
rekaman di luar negeri. Salah satu dari demo tape Yngwie ternyata
jatuh ke tangan konstributor Guitar Player dan pemilik Shrapnel
Records: Mike Varney. Akhirnya Yngwie mendapat undangan ke
Los Angeles untuk bergabung dengan band terbaru Shrapnel:
"Steeler" dan seterusnya yang disebut sebagai sejarahnya. Pada
bulan February 1983 Yngwie berangkat dari Swedia ke Los
Angeles dengan bekal keahlian dan gaya permainan barunya.
Selanjutnya permainan Yngwie dikenal dunia dengan
permainannya yang sangat cepat di intro lagu "Hot On Your
Heels". Yngwie kemudian pindah ke group band Alcatrazz, sebuah
band yang bergaya "Rainbow" dan didirikan oleh penyanyi
Graham Bonnett. Walaupun telah bergabung dengan Alcatrazz
yang menampilkan sekian banyak solo hebat di lagu "Kree
Nakoorie", "Jet to Jet," dan "Hiroshima Mon Amour", Yngwie
masih merasa terlalu dibatasi oleh band itu sendiri. Akhirnya
Yngwie berpikir bahwa hanya album sololah yang menjadi solusi
terbaik.
Album solo pertama Yngwie: Rising Force (kini dinobatkan sebagai
kitab musik rock Neo-Classical) berhasil memasuki nomor 60 di
tangga Billboard charts untuk musik instrumental gitar tanpa
berbau komersil. Album ini juga memenangkan nominasi
Grammy untuk Instrumental Rock Terbaik. Tidak lama kemudian
Yngwie terpilih sebagai Gitaris Pendatang Baru Terbaik di berbagai
majalah dan media, Gitaris Terbaik Tahun Itu, dan Rising Force
menjadi Album Terbaik untuk tahun itu juga.
Pada 22 June 1987 mendekati ultah Yngwie yang ke-24, Yngwie
mengalami kecelakaan dengan mobil Jaguarnya yang
mengakibatkan dia koma hampir seminggu. Penyumbatan darah
pada otak Yngwie juga menyebabkan tangan kanannya tidak
berfungsi. Karena takut akan karirnya yang akan berakhir itu,
Yngwie dengan susah payah mengikuti terapi untuk memulihkan
kembali tangan kanannya. Setelah itu Yngwie mendapat cobaan
lagi dari kematian ibunya di Swedia akibat penyakit kanker yang
menghabiskan banyak biaya medical. Jika Yngwie orang lain,
mungkin sudah menyerah dengan nasib seperti itu, tetapi Yngwie
justru berubah dan kembali ke musiknya dengan semangat tinggi.
Setelah itu Yngwie meluncurkan album yang laris manis seperti
Odyssey, Eclipse, Fire & Ice, Seventh Sign, I Can’t Wait, Magnum
Opus, Inspiration, Facing the Animal, Alchemy, War To End All
Wars dan akhirnya Yngwie berhasil mewujudkan cita-citanya
untuk bermain bersama sebuah Orkestra penuh di salah satu
album terbarunya: Concerto Suite for Electric Guitar and Orchestra
in Eb minor, Op. 1 (tahun 1998).
Ketika merelease albumnya Eclipse (1990), Yngwie sempat tour
dan membuat konser yang sukses di Indonesia (Jakarta, Solo, &
Surabaya). Rencananya pada bulan July 2001 ini Yngwie juga akan
konser kembali di Indonesia, namun dibatalkan karena pemerintah
USA & istrinya menasehati Yngwie akan keamanan politik di
Indonesia. Padahal tiket Yngwie sudah sempat laku keras di
Indonesia, penggemar Yngwie di Indonesia boleh kecewa. Kapan
lagi Yngwie akan konser di Indonesia apabila keadaan politik
Indonesia masih seperti ini?
Album-album berikutnya adalah Attack!! yang memuat nomor hits
instrumental Baroque & Roll. Pada tahun 2003, Yngwie diajak
bergabung dalam formasi G3 bersama Joe Satriani dan Steve Vai
yang menelurkan 1 album dan 1 video. Setelah selesai tur bersama
G3, ia merampungkan album terbarunya Unleash The Fury.
Album tersebut direlease diawal taun 2005.

No comments:

Post a Comment