Wednesday, November 24, 2010

17 Kesalahan pria ketika PDKT

Berbagai tindakan mudah dilakukan oleh pria
ketika jatuh cinta. Namun, mereka tak sadar telah
melakukan permainan yang salah. Sayangnya,
para pria sering tak sadar karena sebagian besar
mereka melakukannya. Mengapa tindakan-
tindakan yang sering dilakukan itu tidak pada
tempatnya?
Menurut instruktur romansa pria dari Human
System, Jet Veetlev, ada tiga fase dalam
kehidupan cinta manusia, yaitu fase
prahubungan, fase hubungan, dan
pascahubungan. Tindakan-tindakan yang biasa
dilakukan pria ketika jatuh cinta harusnya adalah
tindakan-tindakan di fase prahubungan. Namun,
budaya sekarang menunjukkan tindakan-tindakan
pada fase hubunganlahyang dilakukan dalam fase
PDKT (prahubungan).
15 tindakan, yang dianggap permainan, yang
tidak pada tempatnya dilakukan pria saat PDKT.
1. SMS si cewek berlebihan. Kalau tidak tiga kali
sehari, ya tujuh kali sehari. Jika tidak dibalas,
cowok biasanya berulang kali mengecek folder
sent items atau mengirimkan kembali SMS
kepada si cewek untuk bertanya apakah dia telah
menerima SMS-nya tadi.
2. Menyogok si cewek dengan terus berusaha
mengajak makan malam, membelikan ini itu,
bahkan yang tergolong mahal.
3. Rela menunggu jarum jam menunjuk angka 12
saat ulang tahunnya supaya menjadi orang
pertama yang mengucapkan selamat.
4. Menjadi (sok) romantis dan sangat melankolis,
seperti memberi bunga, menuliskan puisi, dan
mendengarkan lagu-lagu mellow.
5. Superperhatian
6. Berupaya menyiapkan segala sesuatu yang
superspesial, yang cowok lain tak pernah lakukan,
seperti menyiapkan sebuah CD yang berisi lagu-
lagu kesukaannya atau membelikan boneka yang
dia suka.
7. Menjadi Yes Man, sulit berkata tidak ke cewek
tersebut.
8. Berani (nekat) membatalkan kegiatan dengan
teman-teman nongkrong, bahkan keluarga
sendiri, untuk menemani gebetan/pacar dalam
kegiatannya.
9. Curhat tak berhenti.
10. Terlalu banyak berpikir hingga sering berpikir
negatif terhadap diri sendiri, apalagi jika si cewek
tak membalas SMS kita.
11. Berusaha menyukai dan melakukan kegiatan
dan kesukaan si cewek, bahkan rela
meninggalkan kebiasaan demi kemauan si cewek.
"Misalnya, meninggalkan hobi olahraga atau grup
band kita atas permintaan dia," ujar Jet.
12. Menjadi terlalu sopan, baik cara duduk, cara
makan, penggunaan bahasa sehari-hari, dan nada
suara di telepon. Intinya, jaim! Kita tidak menjadi
diri kita sendiri.
13. Menjadi super gentleman
14. Membadut, membiarkan diri menjadi bahan
lelucon.
15. Cari tahu soal kesukaan dan kepribadian si
cewek dari teman dekat atau anggota
keluarganya.
16. Merancang games 'Kakak-Adik'. Menempatkan
diri sebagai kakak dan si cewek sebagai adik.
Padahal bukan jaminan, hati si cewek akan
terpaut pada kita.
17. Takut terlihat mengejar cewek lain.
permainan ini tidak tepat karena bagaimanapun
cewek menyukai keromantisan, cewek menaruh
perhatiannya kepada seorang pria dengan
kepribadian yang disukainya. "Bukan dengan
tindakan-tindakan romantismu".

Sejarah penemuan lambang burung garuda


Garuda merupakan lambang Negara Indonesia, hampir semua
orang tahu itu. Namun hanya sebagian orang saja yang
mengetahui siapa penemunya dan bagaimana kisah hingga
menjadi lambang kebanggaan negara ini.
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi
Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri
negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan,
merancang dan merumuskan gambar lambang negara.Dia lah
Sultan Hamid II yang berasal dari Pontianak.
Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya
lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar
negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu
Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10
Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana
Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio
Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai
ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM
Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi
usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan
kepada pemerintah.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta
Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet
tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua
rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II
dan karya M Yamin.
Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS
adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena
menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh
Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan
Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri
Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan
penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka
bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula
adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan
semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang
dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada
Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut
mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan,
karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan
tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap
bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang
negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang
berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila.
Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian
menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh
Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya
“Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI
menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II
akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS.
Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih
“gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah
karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai
aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa,
Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.
Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama
kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des
Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan kembali
lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali
Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan.
Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula
menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga
diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret
1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki
mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian
memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali
rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara
RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat
ini.

Sunday, November 21, 2010

Sepi,sejak kapan ?


Aku merasa sepi . . .
Aku merasa hampa . . .
Kenapa?
Aku tidak tahu jawabannya ! !
Uh, ku tarik nafas ku dalam-dalam
Ku coba merenung kenapa bisa terasa hampa
Tapi masih juga tak menemukan jawabannya
Aku heran, kenapa ini bisa terjadi?
Kenapa hampa, kenapa terasa garing
Ku coba dengan segala kekuatan tuk mengetahuinya
Ya . . .
Aku tahu jawabannya
Jawaban yang tak pernah ku sadari
Jawaban yang tak pernah ku pikirkan sebelumnya
Aku kesepian . . .
Aku merasa kesepian, bukan karena tak ada kawan
Bukan karena hal-hal lain . . .
Melainkan diri ku yang menutup diri tuk itu semua
Entah sejak kapan, aku menutup semuanya
Hingga perlan-lahan aku merasa sepi
Sepi yang menyiksa . . .
Sepi yang tak menyenangkan
Uh . . .
Aku bingung . . . .
Setelah mengetahui jawabannya !!
Apa yang harus ku perbuat?
Bagaimana aku harus mengusir sepi ini?
Aku sudah tak kuasa menahan gejolak hampa dalam hidup ku
Harus kah, aku membuka lembaran lama?
Atau membuka lembaran baru . . .
Dari pada tersiksa dengan perasaan hampa
Yang kian hari menyiksa ku dalam relung jiwa ku
Yang kesepian karena ku tutup hati ku?
Sepi . . .
Tak ku sadari kamu begitu kuat
Hingga menusuk relung jiwa kelam ku
Kini, ku berjuang tuk mengusir mu . . .
Walaupun begitu, terkadang aku menikmatimu
Menikmati kesunyian di malam hari
Sambil mendengarkan alunan melodi
Agar sepi tidak terlalu mengigit di relung jiwaku . . .