Tuesday, October 26, 2010

Asal Usul Bahasa Sunda


Bahasa Sunda dituturkan oleh sekitar 27 juta
orang dan merupakan bahasa dengan penutur
terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa
Jawa. Sesuai dengan sejarah kebudayaannya,
bahasa Sunda dituturkan di provinsi Banten
khususnya di kawasan selatan provinsi tersebut,
sebagian besar wilayah Jawa Barat (kecuali
kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan
urbanisasi dimana penutur bahasa ini semakin
berkurang), dan melebar hingga batas Kali Pemali
(Cipamali) di wilayah Brebes, Jawa Tengah.
Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda
beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga
dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai
tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa
biasanya membedakan enam dialek yang
berbeda. Dialek-dialek ini adalah:
Dialek Barat
Dialek Utara
Dialek Selatan
Dialek Tengah Timur
Dialek Timur Laut
Dialek Tenggara
Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten
selatan. Dialek Utara mencakup daerah Sunda
utara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian
Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan
yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya.
Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek
di sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut adalah
dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga
dipertuturkan di beberapa bagian Brebes, Jawa
Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah
dialek sekitar Ciamis.
Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah
barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar
Sunda. Namun demikian, bahasa Sunda juga
dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah,
khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap.
Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang
masih merupakan nama Sunda dan bukan nama
Jawa seperti Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu,
dan sebagainya. Ironisnya, nama Cilacap banyak
yang menentang bahwa ini merupakan nama
Sunda. Mereka berpendapat bahwa nama ini
merupakan nama Jawa yang "disundakan", sebab
pada abad ke-19 nama ini seringkali ditulis sebagai
"Clacap".
Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda
sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya
sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa
Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang
dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang
yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna).
Seiring mobilisasi warga suku Sunda, penutur
bahasa ini kian menyebar. Misalnya, di Lampung,
di Jambi, Riau dan Kalimantan Selatan banyak
sekali, warga Sunda menetap di daerah baru
tersebut.
Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin
dan sangat fonetis. Ada lima suara vokal murni
(a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu
( ɤ), dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya
ditulis dengan huruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny,
m, n, s, w, l, r, dan y.
Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa
Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f ->
p, v -> p, sy -> s, sh -> s, z -> j, and kh -> h.
Undak-usuk
Karena pengaruh budaya Jawa pada masa
kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa
Sunda - terutama di wilayah Parahyangan -
mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa,
mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran,
hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayah
pedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah
Banten, bahasa Sunda loma (bagi orang-orang
daerah Bandung terdengar kasar) tetap dominan.
Di bawah ini disajikan beberapa contoh.
Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
(normal) Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
di atas .. di luhur .. di luhur ..
di belakang .. di tukang .. di pengker ..
di bawah .. di handap .. di handap ..
di dalam .. di jero .. di lebet ..
di luar .. di luar .. di luar ..
di samping .. di samping .. di gigir ..
di antara ..
dan .. di antara ..
jeung .. di antawis ..
sareng ..
Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
(normal) Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
sebelum saacan sateuacan
sesudah sanggeus saparantos
ketika basa nalika
Besok Isukan Enjing
Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
(normal) Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
Dari Tina Tina
Ada Aya Nyondong
Tidak Embung Alim
Saya Urang Abdi
Bahasa Sunda memiliki catatan tulisan sejak
milenium kedua, dan merupakan bahasa
Austronesia ketiga yang memiliki catatan tulisan
tertua, setelah bahasa Melayu dan bahasa Jawa.
Tulisan pada masa awal menggunakan aksara
Pallawa. Pada periode Pajajaran, aksara yang
digunakan adalah aksara Sunda Kaganga. Setelah
masuknya pengaruh Kesultanan Mataram pada
abad ke-16, aksara hanacaraka (cacarakan)
diperkenalkan dan terus dipakai dan diajarkan di
sekolah-sekolah sampai abad ke-20. Tulisan
dengan huruf latin diperkenalkan pada awal abad
ke-20 dan sekarang mendominasi sastra tulisan
berbahasa Sunda.
Bilangan Lemes
1 hiji
2 dua
3 tilu
4 opat
5 lima
6 genep
7 tujuh
8 dalapan
9 salapan
10 sapuluh

No comments:

Post a Comment