Tuesday, February 15, 2011

Persib Bandung


Sejarah berdirinya PERSIB Bandung
Sebelum bernama Persib, di Kota Bandung berdiri Bandoeng
Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini
merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada
masa itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin
yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika,
yakni R. Atot.
Atot pulalah yang tercatat sebagai Komisaris Daerah Jawa Barat yang
pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega di depan tribun
pacuan kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan
di luar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara, Jakarta.
Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB
(sekarang Persebaya), MIVB (PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun),
VVB (Persis Solo), dan PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani
kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit
Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh
Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/
perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi
perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.
BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang
juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepak bola
Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada
tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan
fusi dan lahirlah perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian
memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub-klub
yang bergabung ke dalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang,
Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak
bola yang dimotori oleh orang-orang Belanda yakni Voetbal Bond
Bandung & Omstreken (VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang
rendah Persib. Seolah-olah Persib merupakan perkumpulan "kelas
dua". VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan-
pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib ketika itu sering
dilakukan di pinggiran Bandung, seperti Tegallega dan Ciroyom.
Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang
digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang di dalam Kota Bandung
dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan di pusat
kota, UNI dan SIDOLIG.
Persib memenangkan "perang dingin" dan menjadi perkumpulan
sepak bola satu-satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya.
Klub-klub yang tadinya bernaung di bawah VBBO seperti UNI dan
SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO (sempat
berganti menjadi PSBS sebagai suatu strategi) kemudian
menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk
bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG (kini Stadion
Persib), dan Lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi). Situasi ini
tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.
Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, kegiatan persepak bolaan
yang dinaungi organisasi dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal
ini tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga di seluruh tanah
air. Dengan sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi
Pemerintah Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang
menaungi kegiatan olahraga ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai.
Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk
begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara
resmi berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi
semangat juang, tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan
tidak berubah sedikitpun.
Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali
menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa
Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar di
berbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di
Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu prajurit-prajurit
Siliwangi hijrah ke ibukota perjuangan Yogyakarta.
Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran
yang kemudian membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali
datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh Belanda (NICA) meski
dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari
kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga
berusaha menggagalkan upaya tersebut. Pada masa pendudukan
NICA tersebut, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter
Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi.
Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada
satu perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat
nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, dekade
1950-an ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957
itulah Persib mengakhiri masa pindah-pindah sekretariat. Wali Kota
Bandung saat itu R. Enoch, membangun Sekretariat Persib di
Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R. Soendoro, Persib berhasil
memiliki sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan
Gurame.

No comments:

Post a Comment